Bendera merah
Kulihat kepulan asap yang mulai menyelimuti wajah manusia yang berdiri tepat di hadapanku, dapat ku lihat dengan jelas air mukanya yang terlihat begitu menikmati sebatang kertas yang mulai terbakar dilahap api. sesekali asapnya menyebar dan masuk ke dalam indra penciumanku lalu berselancar dengan bebas menuju paru-paru ku, baunya begitu menyeruak hingga sesekali membuatku terbatuk. sial, aku selalu benci bau dari asap hasil pembakaran daun tembakau yang bercampur dengan nikotin. bagaimana mungkin aku bisa tahan dengan manusia semacam ini. jika aku bertemu dengan diriku tiga atau empat tahun yang lalu, pasti ia sudah memarahiku dan memintaku untuk bergegas pergi meninggalkan bajingan satu ini. huh lihatlah, aku baru saja menyebutnya bajingan dan masih berharap agar bisa terus bersama dengan dirinya. entahlah, rasanya seperti menulis seribu aturan hanya untuk di langgar. secara sadar, aku paham betul hal-hal yang ia lakukan terkadang menyimpang dari aturan hidupku, sangat berbanding terbalik dengan segala hal yang pernah ku lalui selama ini. namun ketika bersamanya, aku selalu mendapatkan sudut pandang yang berbeda, sudut pandang yang baru. ia berhasil membuatku melihat sisi lain dari hal-hal yang selama ini tak pernah ingin ku lihat. ternyata ada banyak hal yang tak pernah ku ketahui, mungkin lebih tepatnya tak mau ku ketahui. bersamanya membuatku mendapatkan persepsi baru, pengalaman baru, dan juga banyak kesalahan demi kesalahan baru. yah, aku sadar apa yang ia lakukan terkadang memang tidak seharusnya dilakukan, namun sebagai manusia, diriku pun nyatanya tidak mungkin selamanya menjadi benar. untuk saat ini aku hanya ingin membuat banyak kesalahan bersamanya, mungkin saat ini hanya itu yang ku butuhkan. akan ku biarkan bendera merah ini terus berkibar, entah berapa lama, selama racun ini belum melumpuhkanku, maka aku akan terus berjalan bersama dengan manusia yang satu itu.
Komentar
Posting Komentar