Sebuah pertanyaan

Pinterest 

Aku sedang terduduk menikmati segelas minuman kesukaanku saat seorang manusia melontarkan sebuah pertanyaan yang sangat familiar dihadapanku, manusia itu adalah sahabatku, dan ia mempertanyakan satu pertanyaan yang sejatinya teramat sering berputar-putar dikepalaku.

" apa kau tahu kenapa orang-orang itu melihat ke arahku sembari menertawakanku? apa yang salah dengan diriku? mengapa mereka melihatku dengan cara seperti itu? "

aku yang sedari tadi mencoba menikmati sisa akhir pekan yang sebentar lagi akan berakhir pun menjadi terfikir akan sesuatu, selama ini aku selalu berfikir bahwa diriku hanyalah satu-satunya manusia yang selalu memiliki banyak pertanyaan gila dikepala. kurasa pemikiranku tentang itu tak sepenuhnya benar, karena sepertinya aku hanya menjadi salah satunya, satu dari ribuan atau bahkan mungkin jutaan manusia yang mempertanyakan pertanyaan serupa.

untuk sesaat aku menghela nafas, mencoba menjawab pertanyaan yang baru saja keluar dari bibir manusia yang duduk di sebelahku

" apa maksudmu? apakah orang-orang itu adalah manusia yang tadi kita temui? " ucapku dengan sangat hati-hati

" iya, orang-orang itu menatapku dengan cara yang aneh. memangnya apa yang salah dengan diriku " sahutnya dengan raut wajah yang mulai kebingungan

yah, sebelum datang di tempat ini. kami berdua sempat mengunjungi salah satu tempat yang biasanya di datangi oleh anak-anak muda untuk menikmati segelas kopi atau hanya sekedar duduk dan bercengkrama. dan di tempat itu pula sahabatku mendapatkan perlakuan yang kurang menyenangkan, meskipun sebenarnya ia tak mendapatkan kekerasan baik secara fisik maupun verbal. namun cara orang-orang yang berada di tempat itu ketika menatapnya sedikit berbeda, saat mereka melihat ke arah sahabatku, mereka seolah sedang melihat badut atau pelawak yang layak untuk di tertawakan dan pantas untuk mendapatkan ejekan. dan ku rasa tak ada satupun manusia di dunia ini yang layak untuk di perlakukan demikian, pun dengan sahabatku. meskipun bukan diriku yang mendapatkan perlakuan kurang mengenakan, namun sejatinya " di bedakan " sudah cukup sering aku rasakan. 

" kau tahu? sebenarnya kamu tidak perlu menghiraukan itu. lagipula tahu apa mereka tentang dirimu " ucapku lagi mencoba menenangkan sahabatku

" yah, aku hanya ingin tahu apa yang salah dengan diriku. bukankah aneh ketika seseorang tiba-tiba tertawa saat melihatmu tanpa pernah tahu kesalahan apa yang ada pada dirimu " ucapnya lagi dengan raut muka yang mulai sendu

" entahlah, manusia memang terkadang seperti itu. mereka akan mentertawakan seseorang yang terlihat berbeda dari diri mereka, namun bukankah menjadi berbeda bukanlah sebuah kesalahan? " sahutku lagi mencoba menenangkan

sungguh, mengucapkan kalimat itu membuatku merasa seperti tengah berbicara dengan diriku sendiri. aku, manusia yang selalu merasa berbeda dan di bedakan. manusia yang ada dan tidaknya sering kali di lupakan, manusia yang kerap merasa seperti tak memiliki tempat untuk bertahan. aku selalu berharap akan ada manusia yang mengucapkan kalimat demikian, namun kini kalimat itu justru terlontar dari mulutku sendiri. bukan untuk menenangkan diriku, melainkan untuk menguatkan orang lain di sekitarku.

" sudahlah, lupakan saja orang-orang bodoh itu. memikirkan hal itu hanya akan semakin membuat pusing kepalamu " ucapku lagi kepada sahabatku

" menurutmu apakah ada yang salah dengan penampilanku? wajahku atau mungkin tubuhku? "

semakin lama ku dengarkan, semakin banyak pula pertanyaan yang ia lontarkan, sungguh, sepertinya sahabatku yang satu ini adalah titisan dari burung beo, terlalu banyak pertanyaan yang ia ucapkan, dan aku terlalu malas untuk mendengarkan

" sungguh, bisakah kau berhenti bertanya tentang apa yang salah dengan dirimu? tak ada yang salah dengan dirimu. kau tak perlu memikirkan apa yang orang-orang itu lakukan kepadamu. toh selama ini mereka bukanlah manusia yang memenuhi segala kebutuhan hidupmu. " ucapku yang mulai kesal

" menurutmu apakah aku harus berpura-pura menjadi orang lain agar mereka tak menatapku seperti itu? " ucapnya lagi untuk yang kesekian kalinya

entah, mendengarkan banyak pertanyaan kritis yang keluar dari bibir sahabatku membuatku merasa seperti sedang melakukan dialog dengan diriku sendiri. mungkin seperti ini rasanya jika diriku bisa membelah diri layaknya amoeba, jangankan manusia lain, diriku sendiri pun rasanya akan kelimpungan untuk menjawab segala pertanyaan yang datang secara bertubi-tubi

" hmm, tidak, kamu tidak perlu merubah apapun yang ada pada dirimu. kamu hanya perlu menjadi dirimu sendiri. " sahutku yang mulai frustasi

" apa menurutmu seperti itu? " ucapnya lagi kepadaku

" tentu, tak usah kau hiraukan perlakuan manusia yang tak mengerti apa-apa tentang dirimu. karena yang paling memahamimu hanyalah dirimu sendiri, sudah cepatlah, sebaiknya kita segera pulang sebelum hujan kembali turun " jawabku mencoba mengakhiri sesi tanya jawab yang dibuka oleh sahabatku dan bergegas untuk pulang sesudahnya

entah, ingin sekali rasanya berbicara pada semua manusia untuk tak berucap atau bertindak semena-mena. seperti yang sahabatku rasakan hari ini, ia merasa tak berharga ketika seseorang tak di kenal tiba-tiba tertawa saat melihat ke arahnya. padahal sejatinya tawa adalah simbol dari rasa bahagia, namun apa gunanya bahagia bila harus menyakiti perasaan manusia lainnya? bukankah menjadi bahagia adalah hak bagi setiap insan yang ada di dunia? lalu mengapa harus ada tawa diatas penderitaan manusia?entahlah, dunia ini memang terkadang sangatlah aneh.

Komentar

Postingan Populer