Kereta pagi
Kereta ini mulai beranjak bersamaan dengan emosiku yang kian lama kian memuncak, semalaman sudah aku merasa sesak, ingin rasanya menggertak dan berteriak, namun apa daya, diri ini terlalu lemah untuk bergerak. sudah ku coba mengacuhkan perasaan yang sedang ku rasakan, namun semakin lama ku tahan, perasaan ini justru semakin membuatku tertekan. ku fikir rasa ini akan pergi bersama dengan hembusan angin malam yang akan segera berhenti, atau mungkin rasa ini akan hilang selayaknya gelap yang akan berganti dengan cerahnya sinar mentari sebentar lagi, perasaan itu seolah terus tertahan bersama rembulan yang tetap bersinar semalaman. cahaya matahari mulai menampakkan batang hidungnya saat air mata itu mengalir begitu derasnya, selayaknya anak kecil yang mulai berhamburan keluar untuk bermain dengan bebasnya. dapat ku saksikan banyak pasang mata yang mulai melihat ke arahku, mereka terus memperhatikanku, beberapa diantaranya menatapku dengan raut kebingungan. di dalam benaknya, mungkin saja mereka berfikir tentang betapa menyedihkannya diriku yang tiba-tiba saja menangis ditengah ramai nya hiruk pikuk manusia. kurasa aku sudah tak peduli bila harus menangis di antara kerumunan manusia, lagipula ini perasaanku, tahu apa mereka tentang diriku, aku hanya ingin meluapkan sesuatu yang samalaman ini terasa mengganjal hatiku dan membuat sesak nafasku. semakin jauh kereta ini melaju, semakin dalam aku tenggelam dalam perasaanku, dan semakin deras pula air mata yang jatuh membasahi pipiku. aku hanya bisa berharap perasaan ini akan segera pergi, berhenti di stasiun berikutnya bersama dengan banyaknya penumpang yang hendak turun sebentar lagi, aku tak mau rasa ini terus membuntutiku, terus mengikutiku dan berjalan bersamaku hingga sampai ditujuan terakhirku, tujuan akhir perjalananku.
Komentar
Posting Komentar