Ainul Mardhiah
Bagaimana caranya untuk memulai surat ini? beberapa hari terakhir terasa berjalan seperti sebuah mimpi, bukan mimpi yang Indah, bukan pula berarti buruk, hanya terasa aneh, dan semakin aneh karna biasanya aku akan sangat menggilai sesuatu yang terlihat aneh, namun untuk yang satu ini, kurasa aku tidak menyukainya, mungkin aku memang terkadang sangat dramatis, sangat gemar membaca bahasa dari alam, seolah bisa merasakan isyarat dari hambusan sang angin yang berbisik bahwa ada sesuatu yang buruk sedang terjadi, dan yah, sesuatu memang tengah terjadi, ku dengar kini kamu tak ada lagi disini, tak dimana pun di dunia ini, kau tahu? rasanya seperti terlempar dari langit dan mendarat dengan selamat di tanah, tidak bisa dipercaya
biar ku buka lagi lembaran demi lembaran ingatan yang ku punya tentangmu, bagaikan memutar sebuah kaset kusut yang sudah lama tidak dimainkan, meskipun terasa samar, aku masih ingat dengan hari itu, hari dimana ayahku pergi meninggalkanku untuk selamanya, dihari itu, aku melihatmu menangis se jadi-jadinya seraya meneriakan nama ayahku, meskipun aku masih sangat kecil, namun dapat kurasakan betapa kamu sangat kehilangan sosok pria yang dulu sudah kau anggap seperti adikmu sendiri, bahkan beberapa hari setelah kepergian ayahku kamu juga salah satu manusia yang selalu ada untuk menemani keluargaku dimasa-masa berkabung, tak akan cukup bila harus ku ceritakan betapa sangat berjasanya dirimu bagi keluarga kami, tak hanya itu, aku juga masih ingat hari dimana semua orang seolah menutup pintu rumahnya rapat-rapat untukku, namun tidak dengan dirimu, kamu justru membukannya dengan sangat lebar dan mempersilahkan ku untuk masuk, kamu tetap memelukku saat yang lain berusaha menyingkirkanku, kamu juga tetap merangkulku saat yang lain tak pernah mengakui keberadaanku, kamu sudah seperti sosok ibu bagiku, meski tidak terlahir dari rahim mu, namun caramu memperlakukan ku tak jauh berbeda dengan caramu menyayangi anakmu, hingga saat ini, aku masih bisa merasakan kasih sayangmu yang begitu besar untukku dan orang-orang di sekitarmu, kamu adalah salah satu manusia terbaik yang telah Tuhan ciptakan, kurasa tak hanya diriku, orang lain yang berada disekitarmu pun akan mengatakan hal yang sama, karna kamu adalah orang yang baik, sangat baik
kau tahu? sebenarnya aku sudah menyiapkan sedikit hadiah kecil untukmu, sudah ku persiapkan jauh-jauh hari, tadinya kufikir akan ku berikan padamu saat hari raya nanti, namun sepertinya, Tuhan memiliki kado yang lebih istimewa untukmu, itu sebabnya dia lebih dulu memanggilmu sebelum aku memberikan hadiahku untukmu, aku tidak tahu ternyata Tuhan bisa menjadi sangat kompetitif, namun aku yakin, kamu akan sangat bahagia menerima kado yang sudah di berikan Tuhan untukmu, meskipun tak bisa dipungkiri, ada rasa sesal karna tak bisa menemanimu dimasa-masa terakhir mu sebagaimana kamu menemaniku dulu, maafkan aku karna tak sempat melakukan sesuatu yang seharusnya sudah lama ku lakukan, seandainya waktu bisa di putar pasti akan kulakukan lebih awal
terakhir, aku berharap kamu bahagia di alam sana, tolong jaga ayahku, katakan juga padanya bahwa aku tumbuh dengan baik, begitupun dengan kedua saudariku, tolong jangan bergosip dengan ayahku tentang kenakalanku, terima kasih karna telah menjaga aku dan kedua saudariku saat kedua orang tua kami tak bisa melakukannya, meskipun dimensi kita sudah berbeda, aku tak akan pernah melupakan semua kebaikanmu, sampai bertemu bila sudah waktunya, kami mencintaimu nyai.
Komentar
Posting Komentar